1
Wahyu Rima Agustin
1
1
Prodi S-1 Keperawatan, STIKes Kusuma Husada Surakar
ta
ABSTRAK
Pengalaman Pasien Sindrom Guillain-Barre Pada Saat
Kondisi Kritis dipersepsikan
berbeda oleh setiap pasien. Penelitian ini mengguna
kan penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif fenomenologi. Tujuan peneliti
an ini adalah untuk
mendeskripsikan secara mendalam pengalaman fisik, p
sikologis, spiritual dan sosial
pasien Sindrom Guillain-Barre pada saat kondisi kri
tis di ruang Intensive Care Unit
(ICU) RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian in
i melibatkan 4 partisipan
Sindrom Guillain-Barre. Pasien yang menjadi partisi
pan adalah yang teridentifikasi
mempunyai pengalaman dirawat diruang intensif dan m
ampu menceritakan
pengalamannya. Pengumpulan data dilakukan dengan te
hnik wawancara mendalam.
Metode yang digunakan untuk analisa data yaitu meto
de Colaizzi. Setelah data
dianalisa, peneliti dapat mengidentifikasi pengalam
an pasien Sindrom Guillain-
Barre, pada saat kondisi kritis. Terdapat 5 tema pe
ngalaman fisik: badan lemah,
sesak nafas, rasa baal, nyeri tenggorokan dan batuk
. Ada 3 tema pengalaman
psikologis: tidak percaya, sedih dan takut. Terdapa
t 2 tema pengalaman spiritual:
seperti diambang kematian dan pasrah. Terdapat 3 te
ma pengalaman sosial:
dukungan keluarga yang positif, tidak bisa berbicar
a dan tidak bisa berinteraksi.
Hasil penelitian bermanfaat untuk meningkatkan sika
p caring perawat pada pasien
saat kondisi kritis, pada kebutuhan fisik, psikolog
is, spiritual dan sosial. Perawat
tidak hanya berfokus dalam pemenuhan kebutuhan fisi
k saja tetapi kebutuhan
psikologis, spiritual dan sosial sangat dibutuhkan
sebagai upaya memberikan
motivasi untuk sembuh pada pasien Sindrom Guillain-
Barre.
Kata kunci
:
Sindrom Guillain-Barre, Pengalaman, Kondisi Kritis,
Fisik, Psikologis,
Spiritual, Sosial.
ABSTRACT
The experiences of patients with Guillain-Barre Syn
drome during a critical condition
is perceived differently by different patients. Thi
s research used a qualitative
research with a descriptive-phenomenological approa
ch. The objective of this
research was to deeply describe physical, psycholog
ical, spiritual, and social
experiences of patients with Guillain-Barre Syndrom
e during a critical condition at
dr. Hasan Sadikin Bandung Public Hospital’s Intensi
ve Care Unit (ICU). This
research involved 4 participants of Guillain-Barre
Syndrome. Those patients who
were selected as participants were identified as ha
ving an experience of being
treated at an intensive room and capable of telling
their experiences. Data collection
was conducted by an in-dept interview technique. Th
e method used for data analysis
was Colaizzi method. After the data has been analyz
ed, the researcher could identify
the experiences of patients with Guillain-Barre Syn
drome during a critical condition.
There were 5 themes of physical experiences: malais
e, short-winded, numb, throat
2
pain, and cough. There were three themes of psychol
ogical experiences: unbelief,
distressing, and fearful. There were two themes of
spiritual experiences: like being at
the edge of dying and sense of submission. There we
re three themes of social
experiences: positive family support, unable to spe
ak, and enable to interact.The
findings of research were useful for enhancing the
caring attitude of nurses to their
patients during a critical condition and to physica
l, psychological, spiritual, and
social needs. Nurses should focus not only on the f
ulfillment of physical needs but
psychological, spiritual, and social needs are also
strongly needed as an attempt to
provide a motivation to recovery to patients with G
uillain-Barre Syndrome.
Keywords:
Guillain-Barre Syndrome, Experience, Critical Cond
ition, Physical,
Psychological, Spiritual, Social.
PENDAHULUAN
Sindrom Guillain-Barre (SGB) yaitu penyakit autoimu
n yang menyerang
selubung myelin pembungkus saraf perifer, yang meru
pakan penyebab utama
acute
flaccid paralysis
(Parry, 1993). SGB umumnya terjadi didahului oleh a
danya infeksi
pernafasan, gastrointestinal sekitar 1 – 4 minggu s
ebelum terjadi serangan neurologik
(Asbury, 1981). Sistem kekebalan tubuh menghancurka
n selubung myelin dan akson,
sehingga saraf tidak dapat mengirim sinyal secara e
fisien ke otak. Gejala yang
ditimbulkan berupa kelemahan dan sensasi kesemutan
di kaki dan tangan,
ketidakmampuan berjalan, kesulitan gerakan mata, wa
jah, berbicara, mengunyah
atau menelan dan rasa sakit di punggung bagian bawa
h, sulit mengontrol kandung
kemih atau fungsi usus. SGB apabila tidak tertangan
i dari awal timbulnya gejala
dapat mengakibatkan kelumpuhan yang bisa menyebabka
n kematian (Parry, 1993).
Komplikasi paling berat pada penderita SGB yaitu ke
matian, yang disebabkan
oleh kelemahan atau paralisis pada otot – otot pern
afasan, dimana angka mortalitas
sekitar 5% bila terjadi paralisis pernapasan. Kemat
ian pada SGB biasanya
disebabkan oleh pneumonia, sepsis dan
Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS) (Van koningsveld, 2002). Gejala SGB sampai p
ada kondisi penderita
menjadi lumpuh bisa berlangsung beberapa hari dan b
isa memburuk dengan cepat
dalam beberapa jam.
SGB dipertimbangkan sebagai kedaruratan medis yang
membutuhkan perawatan intensif, karena perjalanan p
enyakit yang begitu cepat.
Sekitar 30% terjadi kesulitan bernafas dan memerluk
an bantuan ventilasi mekanik.
Beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mendet
eksi kemungkinan penggunaan
ventilasi endotrakeal adalah waktu antara terjadiny
a onset hingga masuk rumah sakit
No comments:
Post a Comment