Gizi Indon 2011, 34(1):14-22 Pengaruh suplementasi zat gizi mikro Dewi Permaesih, dkk.
14
Dewi Permaesih1; Fitrah Ernawati1; Endi Ridwan1; Sihadi1; dan Sukati Saidin1
1Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan
ABSTRAK
Penelitian status gizi siswa sekolah lima tahun terakhir mengungkapkan bahwa prevalensi anemia, yang
dapat menyebabkan turunnya konsentrasi belajar, dan kurang vitamin A, yang dapat menyebabkan
turunnya daya tahan tubuh, masih cukup tinggi, sehingga menjadi kendala dalam upaya mengoptimalkan
prestasi belajar. Keadaannya semakin buruk jika kedua masalah ini diderita secara bersama-sama oleh
siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak suplementasi zat gizi mikro (Fe dan Vitamin A)
terhadap perbaikan status besi dan status vitamin A. Penelitian dilaksanakan pada 150 siswa anemia yang
tinggal di kabupaten Bogor. Data yang dikumpulkan meliputi: identitas siswa, kadar Hb, s-transferin,
vitamin A serum (retinol), konsumsi makanan/zat gizi dan energi. Sebelum pemberian suplemen,
dilakukan “deworming” dengan pemberian obat cacing dosis tunggal “Combantrin”. Sampel dibagi tiga
kelompok, masing-masing 50 siswa. Pada kelompok A setiap siswa mendapat satu pil besi (ferro sulfat)
dengan dosis 60 mg besi elemental +0,25 mg asam folat dan kapsul vitamin A (10.000 SI) dua kali per
minggu. Kelompok B hanya mendapat satu pil besi seperti pada kelompok A, diberikan dua kali per
minggu. Kelompok C adalah kelompok pembanding yang mendapat plasebo. Suplementasi berlangsung
selama 12 minggu. Pemberian suplemen satu pil besi (60 mg besi elemental + 0,25 mg asam folat) dan
vitamin A (10.000 SI) disertai pemberian snack mengandung energi (15% AKG), dua kali per minggu
selama 12 minggu dapat memeningkatkan kadar Hb sebesar 1,40 g/dl, serum transferrin receptor (sTFR)
sebesar – 1,0 Cg/L, serum vitamin A (retinol) sebesar 6,1 Cg/dl. Tidak ada perbedaan bermakna konsumsi
zat gizi (energi dan protein) sebelum dan sesudah pemberian suplementasi.
Kata kunci: vitamin A, zat besi, siswa, anemia, KVA
ABSTRACT
THE IMPACT OF MICRONUTRIENT SUPPLEMENTATION ON THE NUTRITION STATUS
OF Fe AND VITAMIN A OF SCHOOL CHILDREN
Research on nutritional status of school children in the last five years revealed that prevalence of anemia,
which was able to decrease the learning concentration of children, and vitamin A deficiency, which could
reduce the children immunity, considered as constraints in optimalizing students learning performance.
The condition could be worse when students suffered of these 2 problems. This study was aimed to find
out the impact of micronutrient supplementation (Fe and Vitamin A) on Fe and Vitamin A status of the
school children. The sample of the study consisted of 150 anemia students lived in the municipality of
Bogor. Data collected were child identity, haemoglobin level, serum transferin, vitamin A serum (retinol),
and data on dietary intake of some nutrients and energy. Before supplementation was given, children
received deworming with single dose of Combatrin. Samples were divided into 3 groups, each group
consisted of 50 students. Supplementation had been given for 12 weeks, with the arrangement as follows:
1) In a Group A, each student received one iron pill (ferrous sulphate) with the dosage of 60 mg elemental
iron + 0.25 mg of folic acid and capsule of vitamin A (10,000 IU) twice a week, 2)In a Group B, each student
only received one iron pill similar to the Group A, twice a week, and 3) In a Group C, the group received a
placebo. Supplementation of iron pill (60 mg elemental iron + 0.25 mg of folic acid) and vitamin A (10,000
IU) added with snack which had energy equal to 15% of RDA for 12 weeks, could improve the
haemoglobin level up to 1.40 g/dl, serum transferin receptor (STFR) up to 1.0 Cg/dl. There was no
siginificant difference of energy and protein intakes before and after supplementation.
Keywords: vitamin A, iron, student, anemia, vitamin A deficiency
PENDAHULUAN
nak sekolah merupakan sumber daya
manusia (SDM) generasi penerus bangsa
yang potensinya perlu terus dibina dan
dikembangkan. Kualitas SDM ditentukan oleh
dua faktor yang saling berhubungan, yaitu
pendidikan dan kesehatan. Status gizi dan
kesehatan merupakan prakondisi utama yang
harus dipenuhi untuk keberhasilan upaya A
Gizi Indon 2011, 34(1):14-22 Pengaruh suplementasi zat gizi mikro Dewi Permaesih, dkk.
15
pendidikan. Beberapa hasil penelitian
mengungkapkan sebagian anak sekolah masih
mengalami berbagai masalah kurang gizi.1,2
Hasil penelitian Saidin, 20093 menemukan
prevalensi anemia pada anak remaja SMP di
perdesaan masih cukup tinggi sebesar 26,5
persen. Dampak anemia pada kalangan pelajar
sangat merugikan karena membuat lesu, lemah,
semangat belajar menurun, rentan terhadap
penyakit sehingga berakibat konsentrasi dan
prestasi belajar menurun.
Selain anemia pada anak sekolah
ditemukan juga masalah defisiensi vitamin A.
Gambaran terakhir besarnya masalah defisiensi
vitamin A (kadar retinol<20 ug/dl) dari penelitian
Saidin sebesar 28,9 persen. Hasil penelitian
Wiryatmaji B, 20074 kadar serum vitamin A<20
ug/dl pada anak sekolah sebesar 24 persen.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ke Chen et
al. (2009) pada anak berumur 2–7 tahun
menunjukkan anak dengan Kurang Vitamin A
secara bermakna berisiko lebih tinggi untuk
menderita anemia (OR=2.56; CI 95%: 1.15-
5.70).5 Menurut Gamble, et al. (2004)6,
kekurangan vitamin A dan kurang zat besi
merupakan faktor penyebab terjadinya anemia.
Terdapat hubungan yang erat antara vitamin A
dan indikator metabolisme zat besi. Pada anak
yang kurang vitamin A dan zat besi pemberian
vitamin A akan memobilisasi cadangan zat besi
untuk meningkatkan erythropoiesis, dengan
meningkatkan sirkulasi erythropoietin7. Kondisi
ini berpengaruh terhadap pembentukan
haemoglobin (Hb). Bila terjadi kekurangan akan
menyebabkan terganggunya metabolisme dan
kekurangan vitamin A dan juga dapat
menurunkan kekebalan tubuh terhadap penyakit
infeksi.7
Salah satu penyebab tingginya prevalensi
anemia dan masalah kurang vitamin A (KVA) di
Indonesia adalah masih rendahnya konsumsi
zat besi dan retinol dalam makanan sehari-hari.
Saidin, 20093 menemukan bahwa konsumsi zat
besi dan retinol pada remaja masing-masing
sebesar 40 persen dan 50 persen dari angka
kecukupan yang dianjurkan (RDA). Oleh karena
itu diperlukan tambahan (suplemen) asupan
untuk memenuhi defisit kedua zat gizi mikro
tersebut. Untuk mengoptimalkan pembentukan
Hb diberikan penambahan vitamin A pada saat
suplementasi pil zat besi pada anak sekolah
SLTP.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan disain kuasi
eksperimen. Populasi penelitian adalah murid
SLTP kelas 8 dan 9. Sedangkan sampel
penelitian adalah murid SLTP kelas I dan II
yang memenuhi kriteria inklusi yaitu: umur 12 –
15 tahun, sehat secara pemeriksaan klinis,tidak
menderita penyakit kronis, kadar Hb antara 8
sampai 11,9 g/dl dan bersedia berpartisipasi
dalam penelitian. Dari perhitungan besar
sampel didapatkan 50 sampel per kelompok.8
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kabupaten
Bogor di dua SLTP di kecamatan Sukaraja dan
Rancabungur. Pelaksanaan penelitian
berlangsung selama 8 bulan pada tahun 2010.
Cara Pengambilan Sampel
Pemilihan SLTP dilakukan secara
purposive berdasarkan hasil penelitian Saidin,
2009. Terhadap semua anak kelas 1 dan 2 dari
SLTP terpilih dilakukan pemeriksaan kadar Hb
untuk mencari 150 anak penderita anemia, dan
secara random akan dibagi menjadi tiga
kelompok penelitian. Kelompok A (50 orang),
kelompok B (50 orang), dan kelompok C (50
orang). Kemudian kepada seluruh anak
diberikan obat cacing Albendazole dosis
tunggal. Selanjutnya mulai dilakukan
suplementasi selama 12 minggu. Kelompok A
mendapat tablet besi dengan dosis 60 mg dan
kapsul vitamin A dengan dosis 10.000 S.I. per
orang dua kali per minggu. Kelompok B
mendapat satu pil besi (ferro sulfat) dengan
dosis 60 mg besi elemental + 0,25 mg asam
folat setiap orang dua kali per minggu.
Kelompok C adalah kelompok pembanding
yang mendapat plasebo. Pemberian pil zat besi
dilakukan di sekolah oleh guru. Masing-masing
kelompok sebelum memperoleh zat besi telah
diberikan makanan snack sebagai tambahan
energi (15% AKG). Setelah tiga bulan intervensi
dilakukan pemeriksaan evaluasi dengan
pengukuran berat badan dan tinggi badan,
pemeriksaan kadar Hb, trasferin, vitamin A
dalam serum dan pengukuran konsentrasi
belajar. Data penting yang akan dikumpulkan
adalah data cakupan konsumsi tablet besi dan
kapsul vitamin A masing-masing anak yang
setiap minggu dengan cara absensi.
Gizi Indon 2011, 34(1):14-22 Pengaruh suplementasi zat gizi mikro Dewi Permaesih, dkk.
16
Data lain yang akan dikumpulkan adalah
konsumsi zat gizi dengan metoda recall 2 x 24
jam, pola konsumsi makanan dengan metode
FFQ (Food Frequency Questionaire), riwayat
penyakit dan kejadian sakit (morbiditas). Data
morbiditas akan dikumpulkan dengan cara
wawancara oleh peneliti.
Pengumpulan data meliputi:
1. Data identitas murid termasuk pendidikan
dan pekerjaan orang tua, jumlah aggota
dalam rumah tangga, kesehatan
lingkungan yang akan dikumpulkan dengan
cara wawancara.
2. Data klinis untuk menetapkan status
kesehatan dilakukan oleh dokter dengan
mengisi formulir yang telah tersedia.
3. Data status gizi berdasarkan antropometri
(berat badan dan tinggi badan) oleh tenaga
terlatih dari Puslitbang Gizi dan Makanan.
4. Data Hb dianalisis dengan metoda
”Cyanmethemoglobin”, kadar tansferin
dengan metoda ”ELIZA” dan kadar vitamin
A dengan metoda HPLC.
5. Data konsumsi makanan dilakukan dengan
metoda ”Recall” 2x 24 jam.
6. Data cakupan konsumsi pil zat besi dan
Vitamin A dikumpulkan dengan cara
absensi setiap kali minum oleh peneliti atau
guru.
Manajemen dan analisis data
Manajemen data meliputi kegiatan editing,
entri dan cleaning data sebelum dilakukan
analisis. Analisis data ditujukan untuk mencapai
tujuan penelitian. Data disajikan dalam bentuk
rata-rata, simpang baku, sebaran, uji statistik
yang akan digunakan adalah uji bivariat dan
Anova.
HASIL
Karakteristik Sampel
Hasil pengumpulan data identitas atau
karakteristik sampel disajikan pada Tabel 1 dan
Tabel 2. Umur sampel berkisar antara 11–15
tahun, berat badan antara 25,3 – 56,7 kg dan
tinggi badan antara 127,6 – 162,8 cm dan IMT
berkisar 14,0 – 24,3 kg/m2. Rerata umur sampel
untuk ketiga kelompok penelitian hampir sama,
masing-masing sebesar 13,4 ± 0,88 thn, 13,7 ±
0,75 thn dan 13,6 ± 1,06 thn. Rerata Indeks
Massa Tubuh (IMT) sebagai gambaran
simpanan lemak untuk ketiga kelompok
penelitian juga hampir sama (Tabel 1).
Tabel 1
Karakteristik Sampel menurut Kelompok
Variabel
Kelompok
A B C
Rerata ± SD Rerata ± SD Rerata ± SD
Umur (tahun) 13,4 ± 0,88 13,7 ± 0,75 13,6 ± 1,06
Berat Badan (Kg) 37,5 ± 7,02 37,2 ± 6,34 38,1 ± 6,86
Tinggi Badan (Cm) 146,8 ± 7,89 146,2 ± 6,89 146,7 ± 7,79
IMT (kg/m2) 17,3 ± 1,91 17,3 ± 1,92 17,6 ± 2,36
Dari Tabel 2 terlihat bahwa pendidikan
orang tua sampel cukup rendah, sebagian
besar ibu hanya lulus sekolah dasar sebesar
71–79 persen. Presentase ibu lulus SD untuk
ketiga kelompok penelitian hampir sama
masing-masing sebesar 78,7 persen, 71,1
persen dan 74,5 persen. Urutan kedua adalah
lulus SMP masing-masing sebesar 10,6 persen,
13,3 persen dan 10,6 persen. menurut variabel
pendidikan bapak, urutan pertama adalah lulus
SD masing-masing sebesar 70,2 persen, 62,2
persen dan 59,6 persen, untuk urutan kedua
juga lulus SMP, masing-masing sebesar 21,3
persen, 20,0 persen dan 23,4 persen untuk
kelompok A, B dan C.
Pekerjaan ibu sebagian besar adalah ibu
rumah tangga, kelompok A sebesar 85,2
persen, kelompok B sebesar 82,2 persen dan
kelompok C sebesar 85,2 persen. Pekerjaan
bapak sebagian besar adalah buruh dengan
pendapatan tidak tetap. Kelompok A sebesar
44,7 persen, kelompok B sebesar 44,5 persen
dan kelompok C sebesar 42,6 persen. Urutan
kedua adalah pedagang masing–masing
sebesar 23,4 persen, 22,2 persen dan 19,1
persen.
Gizi Indon 2011, 34(1):14-22 Pengaruh suplementasi zat gizi mikro Dewi Permaesih, dkk.
17
Tabel 2
Karakteristik Orang Tua Sampel menurut Kelompok
Pendidikan Ibu
A B C
n % n % n %
1.Tidak sekolah dan tidak tamat SD 4 8,5 6 13,3 5 10,6
2.Tamat SD 37 78,7 32 71,1 35 74,5
3.Tamat SMP 5 10,6 6 13,3 5 10,6
4.Tamat SMA, D3 1 2,1 1 2,2 2 4,3
47 100,0 45 100,0 47 100,0
Pendidikan Bapak
A B C
n % n % n %
1.Tidak sekolah dan tidak tamat SD 3 6,4 6 13,3 6 12,8
2.Tamat SD 33 70,2 28 62,2 28 59,6
3.Tamat SMP 10 21,3 9 20,0 11 23,4
4.Tamat SMA, D3 1 2,1 2 4,5 2 4,2
47 100,0 45 100,0 47 100,0
Pekerjaan Ibu
A B C
n % n % n %
1.Tidak bekerja 40 85,2 37 82,2 40 85,2
2.Pegawai Negeri/Swasta 1 2,1 2 4,4 1 2,1
3.Buruh 2 4,3 3 6,7 2 4,3
4.Pedagang 4 8,4 3 6,7 4 8,4
47 100,0 45 100,0 47 100,0
Pekerjaan Bapak
A B C
n % n % n %
1.Tidak bekerja 2 4,2 2 4,4 3 6,4
2.Pegawai Negeri/Swasta 7 14,9 8 17,8 7 14,9
3.Buruh 21 44,7 20 44,5 20 42,6
4.Pedagang 11 23,4 10 22,2 9 19,1
5.Petani 3 6,4 2 4,4 3 6,4
6.Sopir 3 6,4 3 6,7 5 10,6
47 100,0 45 100,0 47 100,0
Cakupan Konsumsi Pil Zat Besi dan
Vitamin A
Hasil pengumpulan data cakupan konsumsi
yang menunjukkan kepatuhan minum suplemen
menunjukkan bahwa rerata jumlah pil zat besi
dan vitamin A yang diminum kelompok A
sebesar 19±2,1 pil (79,2%), kelompok B
sebanyak 20± 3,2 pil (83,3%) dan kelompok C
yang memperoleh pil placebo sebesar 19±3,6
pil (79,2%). Dengan demikian jumlah zat besi
yang dikonsumsi oleh kelompok A yang berasal
dari suplementasi sebesar 19 pil x 60 mg/ 12
minggu = 95 mg/minggu ∞ 13,6 mg/hari.
Bila kecukupan zat gizi yang dianjurkan
untuk anak remaja sebesar 14 mg, maka jumlah
zat besi yang diperoleh dari suplementasi sudah
terpenuhi. Selain pil zat besi kelompok A juga
memperoleh satu kapsul vitamin A dengan
dosis 10000 IU, maka jumlah Vitamin A yang
diperoleh dari suplementasi sebesar 19 x 10000
IU/ 12 minggu = 15833 IU/minggu ∞ 678 RE.
Bila kecukupan vitamin A untuk anak remaja
yang dianjurkan sebesar 500 RE, maka jumlah
vitamin A yang diperoleh dari suplementasi
sudah terpenuhi. Kelompok B yang hanya
memperoleh pil zat besi saja memperoleh zat
besi dari suplementasi sebesar 20 pil x 60 mg /
12 minggu = 100 mg/minggu ∞ 14,3 mg/hari.
Seperti kelompok A, jumlah zat besi yang
diterima dari suplementasi untuk B sudah
terpenuhi.
Gizi Indon 2011, 34(1):14-22 Pengaruh suplementasi zat gizi mikro Dewi Permaesih, dkk.
18
Data Biokimia Sebelum dan Sesudah
Intervensi
Pemeriksaan kadar Hb dan konsentrasi
belajar dilakukan terhadap semua anak. Pada
awalnya masing-masing kelompok ada 50 anak.
Setelah evaluasi sebanyak 11 anak tidak
mengikuti sampai evaluasi kedua, sehingga
jumlah anak yang mempunyai data lengkap
untuk kelompok A, B dan C tinggal 47, 45 dan
47 anak. Tidak semua sampel dianalisa kadar
transferin dan vitamin A masing-masing hanya
dianalisis 75 persen dan 60 persen.
Hasil pengumpulan data utama seperti
kadar Hb, serum transferin, vitamin A, dan
konsentrasi belajar sebelum intervensi disajikan
pada Tabel 3, 4, 5 dan 6.
Tabel 3
Rata-rata Kadar Hb Sebelum Intervensi menurut Kelompok
Kelompok n
Rerata± SD
(g/dl)
Nilai
Min Max
A 47 11,3 ± 0,97 9,3 12,5
B 45 11,4 ± 0,91 9,0 12,5
C 47 11,3 ± 0,89 9,3 12,6
Dari Tabel 3 tampak bahwa rerata kadar
Hb sampel untuk masing-masing kelompok
tidak berbeda. Kelompok A sebesar 11,3±0,97
g/dl, kelompok B sebesar 11,4 ± 0,91 g/dl dan
11,3±0,89 g/dl. Rerata kadar Hb sebelum
intervensi tidak menunjukkan perbedaan yang
bermakna (F= 0,035, Sign= 0,965). Angka ini
menunjukkan bahwa keadaan status Hb layak
untuk dibandingkan. Bila terjadi perbedaan
pada akhir penelitian merupakan akibat dari
intervensi.
Indikator status besi selain kadar Hb,
dianalisis juga kadar Transferin yang jenuh
dengan ion besi yang disebut s.Transferin
(sTFR). Rata–rata kadar sTFR disajikan pada
Tabel 4.
Tabel 4
Rata-rata Kadar Transferin dalam Darah menurut Kelompok
Kelompok n Rerata ±SD Nilai
Min Max
A 36 2,15 ± 0,657 1,09 4,72
B 39 2,25 ± 0,747 1,04 3,93
C 37 2,12 ± 0,577 1,19 3,8
Dari Tabel 4 terlihat bahwa rerata kadar
transferin dalam darah pada awal penelitian
untuk ketiga kelompok (A, B dan C) tidak
menunjukkan perbedaan yang bermakna (F=
0,412, Sign= 0,663). Masing-masing sebesar
2,15 ± 0,657 Mg/L, 2,25 ± 0,747 Mg/L dan 2,12
± 0,577 Mg/L.
Rerata kadar vitamin A sebelum intervensi
menurut kelompok penelitian disajikan pada
Tabel 5.
Gizi Indon 2011, 34(1):14-22 Pengaruh suplementasi zat gizi mikro Dewi Permaesih, dkk.
19
Tabel 5
Rata-rata Kadar Vitamin A Sebelum Intervensi menurut Kelompok
Kelompok n Rerata ± SD Nilai
(Mg/dl) Min Max
A (Fe+ vit A) 29 19,1 ± 4,66 12,2 34,7
B ( Fe ) 29 19,0 ± 5,88 11,8 32,1
C (Placebo) 31 19,5 ± 5,97 9,8 32,5
Dari Tabel 5 tampak bahwa rerata kadar
vitamin A untuk ketiga kelompok penelitian
masih rendah dan tidak ada perbedaan yang
bermakna. Kelompok A sebesar 19,1 ± 4,66
Mg/dl, kelompok B sebesar 19,0 ± 5,88 Mg/dl
dan kelompok C sebesar 19,5 ± 5,97 Mg/dl.
Data Biokimia dan Konsentrasi Belajar
setelah Intervensi
Data biokimia setelah 3 bulan intervensi
disajikan pada Tabel 6, 7 dan 8.
Tabel 6
Rata-rata Kenaikan Kadar Hb sesudah intervensi menurut Kelompok
Kelompok n
Hb Akhir
Rerata ± SD (g/dl)
Perubahan ± SD
A 47 12,6 ± 0,6770 1,4 ± 0,79
B 45 12,4 ± 0,6889 1,2 ± 0,62
C 47 11,9 ± 0,9239 0,4 ± 0,25
F= 12,78
Sign = 0,000
F= 39,67
Sign = 0,000
Tabel 7 menunjukkan bahwa setelah
intervensi 3 bulan rerata kadar Hb Kelompok A
dan B masing-masing naik sebesar 1,4 ± 0,79
g/dl dan 1,2 ± 0,62 g/dl, sedangkan kelompok C
yang tidak mendapatkan pil zat besi atau
vitamin A juga terjadi kenaikan sebesar 0,4 ±
0,25 g/dl. Kenaikan merupakan efek
psykhologis dari plasebo, hal serupa juga
ditemukan pada penelitian sebelumnya.
Tabel 7
Rerata Penurunan Kadar Transferin Sesudah Intervensi menurut Kelompok
Kelompok n
STFR Akhir
Rataan ± SD (Mg/L)
Perubahan ± SD
A 34 1,14 ± 0,440 -1,00 ± 0,423
B 33 1,22 ± 0,4582 -1,03 ± 0,469
C 32 1,70 ± 0,5900 -0,37 ± 0,385
F= 12,632
Sign = 0,000
F= 24,499
Sign = 0,000
Dari Tabel 7 di atas, terlihat ada perbedaan
penurunan kadar transferin antara kelompok A
dan B masing-masing sebesar 1,0 Mg/L.
Sedangkan kelompok C turun sebesar 0,37
Mg/L. Penurunan kadar transferin menunjukkan
adanya perbaikan. Dengan uji Anova ditemukan
perbedaan yang bermakna dengan nilai F=
12,632 dan Sign= 0,000.
Gizi Indon 2011, 34(1):14-22 Pengaruh suplementasi zat gizi mikro Dewi Permaesih, dkk.
20
Tabel 8
Rata-rata Kenaikan Kadar Vitamin A Sesudah Intervensi menurut Kelompok
Kelompok N
Vit.A Akhir
Rerata ± SD (Mg/dl)
Perubahan ± SD
A 24 24,7 ± 5,2097 6,1 ± 4,99
B 29 21,0 ± 5,4019 2,0 ± 2,39
C 31 22,6 ± 7,9711 2,0 ± 5,69
F= 4,713
Sign = 0,012
F= 7,20
Sign = 0,001
Dari Tabel di atas terlihat bahwa kelompok
A yang memperoleh kapsul Vitamin A dan pil
zat besi 2 kali per minggu memberikan dampak
yang paling tinggi terhadap kenaikan kadar
Vitamin A sebesar 6,1±4,99 Mg/dl,
dibandingkan dengan kelompok B dan C yang
tidak memperoleh Vitamin A. Dengan uji Anova
ditemukan perbedaan kenaikan yang bermakna
dengan nilai F= 7,20 dan Sign= 0,001. Dari
Tabel 9, terlihat bahwa konsumsi energi dan
protein sebelum intervensi untuk ketiga
kelompok penelitian masih rendah berkisar 50–
55,9 persen dari angka kecukupan gizi (RDA).
Konsumsi vitamin A, zat besi dan vitamin C
sebelum intervensi juga sangat rendah berkisar
antara 36 – 44,4 persen, 24,2–30,0 persen dan
26,0–40,0 persen masing-masing untuk vitamin
A, zat besi dan vitamin C. Setelah intervensi
tiga bulan ternyata konsumsi zat gizi untuk
semua kelompok penelitian tidak jauh berbeda.
Tabel 9
Rerata Konsumsi Zat Gizi Sebelum dan Sesudah Intervensi menurut Kelompok
Zat Gizi
Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi
A B C A B C
Energi (kkal)
% AKG
1036±314,2
51,8
1027±315,1
51,4
1036±311,3
51,8
1045±285,0
52,3
1045±338,1
52,3
1008±366,9
50,4
Protein (g)
% AKG
32,4 ± 15,17
55,9
29,6 ± 12,2
51,0
33,4 ± 10,7
57,6
29,7 ± 11,61
51,2
31,8 ± 8,8
54,8
32,0 ± 11,32
55,2
Vitamin A (RE)
% AKG
180 ± 114,5
36,0
222 ± 187
44,4
215 ± 204,1
43,0
198 ± 105,5
39,6
286 ± 157,0
57,2
220 ± 141,4
44,0
Zat Besi (mg)
% AKG
4,2 ± 2,0
30,0
3,4 ± 1,70
24,2
3,6 ± 1,57
25,7
4,2 ± 2,20
30,0
3,3 ± 1,56
23,6
3,8 ± 1,58
27,1
Vitamin C (mg)
% AKG
20 ± 7,3
40,0
17 ± 10,5
34,0
13 ± 9,8
26,0
15 ± 11,80
30,0
13 ± 10,3
26,0
22 ± 12,2
44,0
BAHASAN
Penelitian dilakukan dengan memenuhi
kriteria suatu penelitian eksperimen, dilakukan
secara “double blind”, penentuan sampel
dilakukan secara acak, dilakukan pemberian
obat cacing sebelum dimulai perlakuan. Hasil
penelitian menunjukkan pemberian pil zat besi
yang diberikan bersamaan dengan pemberian
kapsul vitamin A memberi pengaruh yang
bermakna dibandingkan dengan plasebo.
Defisiensi zat besi timbul bila cadangan dalam
tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Status besi ditentukan berdasarkan
kadar Hb dan serum transferin reseptor (sTFR),
Status besi berdasarkan kadar Hb dan
serum transferin reseptor (sTFR), status vitamin
A(retinol) dan nilai konsentrasi belajar, sebelum
pelaksanaan suplementasi antar ketiga
kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang
Gizi Indon 2011, 34(1):14-22 Pengaruh suplementasi zat gizi mikro Dewi Permaesih, dkk.
21
bermakna. Kondisi awal seperti ini cukup ideal
untuk mengamati pengaruh suplementasi,
karena perubahan yang terjadi lebih disebabkan
oleh suplementasi itu sendiri dan bukan
disebabkan oleh faktor lain.
Setelah 12 minggu suplementasi dilakukan,
terjadi kenaikan kadar Hb pada kelompok A
yang mendapat suplementasi Fe + Vitamin A,
sebesar 1,4 g/dl, lebih tinggi dari pada
kelompok B (1,2 g/dl) yang hanya mendapat Fe
saja. Keunggulan kelompok A sesuai dengan
teori bahwa vitamin A dapat meningkatkan
mobilisasi cadangan zat besi dalam hati
(Zimmerman et al. 2004)4. Kenaikan kadar Hb
yang cukup tinggi juga sejalan dengan tingkat
kepatuhan mengkonsumsi suplemen yang
mencapai lebih dari 80 persen.
Kenaikan kadar Hb pada kelompok
pembanding yang mendapat plasebo diduga
sebagai akibat “efek plasebo” dan pemberian
tambahan energi sebesar 15 persen RDA
dalam bentuk snack yang diberikan setiap kali
sebelum siswa mengkonsumsi suplemen.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mwanry et al, 20009, menunjukkan pemberian
kombinasi pil zat besi dan vitamin A
menghasilkan peningkatan yang lebih baik pada
kadar hemoglobin, penambahan berat badan
dan peningkatan tinggi badan dibandingkan
dengan yang hanya mendapat vitamin A dan
placebo. Perubahan kadar hemoglobin setelah
pelaksanaan suplementasi selama 3 bulan
menunjukkan perubahan masing-masing pada
kelompok yang hanya mendapat vitamin A
sebesar 1,35 g/dl, yang mendapat pil zat besi
sebesar 1,76 g/dl dan yang mendapat keduanya
sebesar 2,21 g/dl.
Mengingat masih rendahnya asupan zat
gizi termasuk konsumsi vitamin A maupun zat
besi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 9 dan
risiko yang timbul akibat anemia, maka
diperlukan pemberian tambahan zat besi pada
kalangan anak sekolah dan akan lebih memberi
hasil bila diberikan bersamaan dengan
pemberian vitamin A.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Suplementasi zat gizi mikro (vitamin A dan
Fe) kelompok A dapat meningkatkan kadar
Hb lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok B yang hanya memperoleh pil
besi saja.
2. Suplementasi vitamin A dan Fe (kelompok
A) memberikan dampak positif terhadap
perubahan kadar transferin sebagai
indikator status besi pada anak sekolah.
Saran
Mengingat rata-rata konsentrasi belajar
anak SLTP di pedesaan masih rendah, maka
hasil penelitian ini dapat di implementasikan
secara nasional sebagai muatan program upaya
kesehatan sekolah untuk perbaikan konsentrasi
belajar anak sekolah. Perlu digalakkan kembali
kegiatan pemberian makanan tambahan anak
sekolah (PMT-AS) yang dipadukan dengan
suplementasi vitamin A dan pil zat besi yang
diberikan selama 2 kali per minggu.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih disampaikan kepada Kepala
Badan Litbangkes, Kepala Puslitbang Gizi dan
Makanan yang telah memberikan dana dan
kesempatan untuk melakukan penelitian ini.
Terima kasih disampaikan juga kepada Kepala
Puskesmas Sukaraja dan Rancabungur yang
telah membantu pemeriksaan kesehatan siswa
SLTP. Terima kasih pula disampaikan kepada
Kepala Sekolah MTs Fathusa’adah Sukaraja
dan SLTP Purnawarman Rancabungur beserta
para guru yang telah memberi izin dan
membantu kelancaran pelaksanaan penelitian.
Rasa terima kasih juga tak lupa disampaikan
kepada anak-anak/siswa SLTP yang telah
berpartisipasi pada penelitian. Ucapan terima
kasih disampaikan juga pada Yayasan Bina
Mandiri yang telah membantu pengumpulan
data konsentrasi belajar siswa SLTP. Kepada
semua pihak yang telah membantu
terlaksananya penelitian ini yang belum
disebutkan di sini, kami mengucapkan terima
kasih banyak.
RUJUKAN
1. Departemen Kesehatan R.I. Laporan Hasil
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS),
Jakarta: Badan Litbang Kesehatan, 2008
2. Departemen Kesehatan R.I. Survai
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT).
Jakarta: Badan Litbang Kesehatan, 2001.
Gizi Indon 2011, 34(1):14-22 Pengaruh suplementasi zat gizi mikro Dewi Permaesih, dkk.
22
3. Saidin dkk. Profil status gizi ,Kebugaran
dan Prestasi Belajar pada Murid SMP.
Laporan Penelitian. Bogor: Pusat Penelitian
dan Pengembangan Gizi dan Makanan,
2009.
4. Wiryatmadji dkk. Laporan Survai WFP’S
Nutrition Rehabilitation. Programme in
Madura, Lombok and West Timor, Sept –
Nov. 2007. S.l: s.n, 2007.
5. Ke Chen, Xuan Zhang, Ting-Yu Li, Li Chen,
Ping Qu, You-Xue Liu. Co-assessment of
iron, vitamin A and growth status to
investigate anemia in preschool children in
suburb Chongqing. China. World J Pediatr
2009 ;5(4):275-281
6. Gamble MV, Palafox NA, Dancheck B,
Ricks MO, Briand K, Semba RD.
Relationship of vitamin A deficiency, iron
deficiency, and inflammation to anemia
among preschool children in the Republic
of the Marshall Islands. Eur J Clin Nutr.
2002. Oct 58(10):1396-401
7. Zimmermann MB, Biebinger R, Rohner F,
Dib A, Zeder C, Hurrell RF and Nourredine
Chaouki. Vitamin A supplementation in
children with poor vitamin A and iron status
increases erythropoietin and hemoglobin
concentrations without changing total body
iron. Am J Clin Nutr 2006;84:580-586.
8. Lemeshow et.al. Besar Sampel Dalam
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2000.
9. Lillian Mwanri, Anthony Worsley, Philip
Ryan and Joseph Masika. Supplemental
Vitamin A Improves Anemia and Growth in
Anemic School Children in Tanzania. J.
Nutr. 2000, 130: 2691–2696.